Masihkah generasi muda hari ini mengingat
pernyataaan bung karno bahwa dengan sepuluh orang pemuda, proklamator yang
sekaligus presiden pertama negri ini, berkeyakinan mampu menggenggam dan
mengusai dunia. Yah, hanya sepuluh orang pemuda. Sementara pemuda hari ini tak hanya sepuluh, di negri yang katanya
memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah berbanding lurus dengan melimpah
ruahnya jumlah pemuda masa kini. Pertanyaannya kemudian sejauh mana kini
sumbangsi pemuda bangsa ini untuk dunia, untuk bangsanya sendiri, lingkungan
sekitarnya atau untuk keluarga sendiri.
Mengimani pernyataan bung karno itu di era anak muda
kekinian bukan tidak mungkin, melainkan susah, melihat pola pendidikan saat ini
yang mencetak generasi muda melalui sekolah ataupun perguruan tinggi, sebatas
ngomong belaka. Tenaga pendidik, dan kurikulum akademik hanya mengajarkan
peserta didik jago berbicara, berdebat dan berapologi. Melupakan bahwa selepas
dari lingkungan pendidikannya ia harus berhadapan dengan dunia nyata. Tantangan
kehidupan tak bisa tuntas jika hanya
mengandalkan ‘ngomong doank.’
Lihatlah orang tua kita yang terlena duduk di
Senayan sana, mereka sangat jago berbicara, berdebat dan berapologi, katanya
untuk kesejaterahaan rakyat, nyatanya yang sejahtera hanya rakyat Senayan. Tak bisa dipungkiri banyak diantara mereka
beremental koruptor. Kaum muda yang menggelar aksi demonstrasi di jalan,
menuntut aturan yang harus berpihak pada rakyat diklaim sebagai kaum anarkis,
perusuh dan katanya merugikan perekonomian negara.
Efek dari pencitraan negatif anak muda Indonesia
yang tak lain diperoleh dari para orang tua kita sendiri yang dibesar-besarkan
media massa, baru-baru ini beberapa IT terbesar dunia lebih memilih mendirikan
perusahaanya di Malaysia dengan memanfaatkan kaum muda di negri jiran itu
sebagai komputer penggerak perusahaannya. Salah satu alasannya bahwa kaum muda
yang ada di bumi pertiwi ini terlalu banyak bicara dan minim action. Sungguh
menyedihkan karna kaum mudalah yang menjadi korban kesalahan para orang tua
dalam perumusan sistem pendidikan kita.
Di sisi lain, kebanyakan orang tua kita hari ini
masih ogah-ogahan membuka ruang pada
anak muda untuk mengeksplor potensi yang dimiliki. Persoalannya kerap yang
lebih tua enggan dipimpin oleh anak muda, dengan asumsi anak muda masih belum
banyak makan asam garam, belum banyak pengalaman hidup yang pernah dilewati,
anak muda berpikirnya sekali saja tanpa menghiraukan akibatnya, belum layak
jadi Bos. Padahal tidak ada jaminan yang lebih tua itu lebih berkualitas. Justru
kaum mudalah yang sering berinisiatif membuat inovasi dalam melakukan perubahan sistem yang telah
usam.
Untuk itu seorang anak muda yang memiliki
kreatifitas dengan semangat tinggi memilih berwiraswasta agar bisa menjadi Bos.
Bos sekaligus anak buah untuk usahanya sendiri. Secara kreatif mampu
membuktikan seluruh potensi yang melekat dalam dirinya dan bermanfaat untuk
lingkungan sekitarnya. Sosok muda
enterpreneur yang mampu memindahkan sumberdaya ekonomi dari kawasan
produktivitas rendah ke kawasan
produktivitas tinggi dengan hasil yang lebih besar.
Sosok anak muda sukses seperti itu tidak hanya
sekedar imajinasi dan angan-angan belaka. Namun penulis pernah
berbincang-bincang dengan seseorang yang sukses di usia muda bernama Amran
Sulaiman. Entrepreneur muda Makassar Sulsel yang kini menjadi Bos besar tujuh
perusahaan yang tergabung dalam PT Tiran Group. Perusahaan besar yang dirajut
dari modal pinjaman bank.
Amran, sapaan akrabnya, berkeyakinan bahwa
kesuksesan adalah hak semua orang yang mau berjuang. Ia punya impian besar
untuk sukses. Impian yang lahir ketika menyaksikan ibunda tercinta tengah sakit
keras namun tidak ada biaya untuk dibawa rumah sakit, dan Amran tak bisa
berbuat apa-apa sehingga ibunya hanya tergelatak dirumah diobati dengan cara
tradisioanal.
Modal pinjaman sejumlah Rp 500 ribu dari bank,
selanjutnya Amran kelolah secara autodidak dengan keyakinan, ketekunan,
kreasi dan optimis yang tinggi. Dalam setiap langkah menjalankan usaha Amran
berkeyakinan sesungguhnya tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali
kaum itu sendiri yang merubah nasibnya.
Menurutnya hidup ini sederhana jika kita
menginginkannya, begitupun hidup dalam kesulitan. Penyebab kegagalan meraih
kesuksesean adalah lemahnya keyakinan sesorang untuk sukses sebab menuju sukses
identik dengan kesengsaraan. Selain itu pula mudah menyerah, dan selalu
menggantungkan hidup dari belas kasihan adalah sikap hidup yang salah dan
fatal.
Amran selaku pimpinan dan juga direktur PT Tiran
Group selalu mencotohkan pada anak buahnya bagaimana seseorang menjadi manusia
berkarakter unggul. Karakter unggul yang
dimaksud Amran adalah punya visi yang
jelas, bermoral, berani bertanggung jawab dan jujur dalam bekerja ataupun jujur
pada sang pencipta.
Dengan omzet perusahaan mencapai miliaran rupiah,
keinginan Amran kini mengarah pada pengabdian pada masyarakat, ia berencana
mendirikan yayasan pengerak ekonomi rakyat, dengan mengeskploitasi potensi
desa, karena mencermati perilaku budidaya petani yang belum tepat.
Perusahaannya akan berkolaborasi dengan pabrik yang bergerak dalam bidang
pertanian mengawal para petani dan memberikan bantuan dalam bentuk materil.
Pilihannya sekarang untuk menjadi bos di usia muda
maka detik ini juga mulailah bermimpi dan memikirkan cara yang tepat untuk
meraih mimpi itu, tidak hanya berpangku tangan menunggu keberuntungan dari para
orang tua yang berbesar hati mengangkat kita menjadi seorang bos muda. Berbahagilah
anak muda yang makan dan hidup dari keringat mereka sendiri. (Sang Fiko)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar