Sabtu, 21 Juli 2012

Memilih Pensiun Dini di BI



Memutuskan pensiun dini dari Bank Indonesia tahun 2010, karena merasa banyak mimpi yang belum terwujudkan. Setelah beranjak dari BI, ia pun banyak menulis buku diantarnya novel yang bertajuk ‘bangkir’ dan buku best seller 2012 ‘The Power of Your Dreams’. Kini, bersama lembaga Masdaeng Comunnication, telah memberikan pelatihan hampir semua BPD yang ada di Sulawesi, Maluku dan Papua.   

Selama 28 tahun berlayar bersama BI menempuh gelombang kehidupan, dengan jabatan terakhir Deputi Pemimpin Bank Indonesia Kendari, akhirnya Andi Burhanuddin, lelaki kelahiran Parepare ini memutuskan berlabuh di kediamannya Kompleks IDI Pettarani Makassar.
Banyak pihak yang menyayangkan mengapa anak yang terlahir dari keluarga ABRI ini, memutuskan untuk pensiun dini. Namun ternyata setelah meninggalkan BI  mantan wartawan Sinar Harapan ini produktif berkarya. Ia sibuk menulis. Yang dirindukannya selama masih berkarir di BI adalah aktivitas menulisnya. Ketika di BI inspirasi untuk menulis sangat terbatas, imajinasinya terhalangi dinding dan sekat-sekat gedung.
Di tahun ini saja, buku terbarunya The Power of Your Dreams telah dicetak 3 kali oleh penerbit karena permintaan masyarakat. Buku best seller ini mengandung berjuta motivasi yang memberikan perubahan pribadi pada pembacanya.
“ Saya merasa banyak hal yang bisa dilakukakn, dan terutama bagaimana menumbuh kembangkan motivasi dan menanamkan budaya kerja ke berbagai kalangan, ini tentu sulit jika saya masih tettap berada dalam sistem.” 
Pengglaman kerja selama di BI yang meraih gelar Pegawai Teladan Bank Indonesia, mitra teladan terbaik, Manajer IKU (KPI) dua tahun berturut-turut, hingga gelar Bapak Satpam Bank Indonesia wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua. mengispirasinya mendirikan lembaga budaya kerja dan motivasi serta teknis perbankkan. Dalam berbagai kesempatan bersama lembaga yang bernama Masdaeng Comunnication ini, ia selalu memotivasi dan menginspirasi peserta pelatihan untuk meraih kesuksesan.

Berpikir Kreatif dan Berani Bermimpi

Andi Burhanuddin saat kecil hidup dengan serba pas-pasan, ayahnya yang berpangkat perwira menengah tak sanggup menyekolahkannya ke jenjang lebih tinggi, sehingga ia keluar dari tanah kelahirannya Parepare mengadu nasib ke Samarinda Kalimantan Timur, dengan mimpi tetap bersekolah. Ketika ditanyai bagaimana ia bertahan hidup di negri orang berpikir kreatif dan punya mimpi jawabnya.“ Saya waktu itu sudah menulis cerpen.”
Pun dalam perjalanannya menimbah pengetahuan, ternyata ia punya bakat seni yang terpendam. Bakatnya itulah yang mengantarkannya sampai ke bengkel teater  Jogjakarta. Setelah sekira setahun lebih mengasah bakatnya itu. Pun ia kembali ke Samarindah menyelesaikan studinya sebagai sarjana muda jurusan ekonomi Universitas Mulawarman (Unmul) dengan aliran beasiswa dari pemerintah karena ketekunannya.
Pada saat berkuliah, ia punya cara khas menyerap materi kuliahnya, ia hanya membawa dua lembar kertas yang kemudian dituliskan poin-poin besar materi perkuliahan, malam harinya ia buatkan resumenya. Jam 11 malam ia sudah ada di pembaringan untuk beristirahat.
“di kampus terima mentahnya dirumah kita olah dan kembangan materinya, hasilnya bukan saja mengerti tapi pemahaman yang luar biasa” jelasnya.
Selama mahasiswa ia sangat popular, ia berhasil mempersatukan mahasiswa dari berbagai fakultas setelah terpilih menjadi Ketua Dewan Mahasiswa Unmul. Menanggapi gerakan mahasiswa sekarang ia dengan wajah miris berkata “ luar biasa melencengnya,” bagaimana tidak, aksinya dulu sangat terhormat  pada zamannya. Masyarakat ikut bersama dalam gerakan, sepanjang jalan tanpa suara hanya spanduk dan pamphlet yang berbahasa.
“ yang harus dilakukan BEM sekarang menarik simpati masyarakat bersama membentuk aksi yang besar” ungkapnya.

Merajut Mimpi di Kota Palu

Setelah menyandang  gelar sarjana muda di Unmul dan bermasud melanjutkan sarjana penuhnya di Unhas, ia kemudian kembali ke pulau kelahirannya, tapi sayang kedatangannya terlambat. Pasalnya waktu itu perkuliaahan telah berjalan di Unhas. Pendaftaran telah tertutup.  Daripada memilih menggangur ia pun mengejar mimpinya hingga ke Universitas Tadulako (Untad) Palu Sulawesi Tengah.
Ketika berkeliling memutari kota Palu, Diliatnya gedung besar nan megah diantara gedung yang lain, gedung itu adalah kantor Bank Indonesia. Ia pun merajut mimpinya untuk menjadi orang besar di kantor itu. Tidak ada yang tidak bisa kita raih jika itu masuk akal.
“ Saya hanya bilang, saya mau kerja di kota ini, kalau saya kerja di kantor BI Palu”
Belum sebulan berada di Palu ia pun mendirikan lembaga seni anak muda yang bernama Garasai, Gabungan Aransemen Seni dan Inspirasi. Menjadi teaeterawan yang mengumpulkan bintang-bintang sekota. Menggelar pentas keliling Sulawesi Tengah “
“Saya mengumpulkan banyak muda, dari anak gubernur, anak anggota DPR, pun sampai anak-anak fakir miskin yang berjiwa seni saya tarik,”
Disaat yang bersamaan menamatkan studi doktoral di Untad dengan gelar doktorandus dalam bidang ekonomi yang kini disebut sarjana ekonomi, banyak instasi negri dan swasta ingin menariknya untuk bergabung, namun ia hanya punya mimpi di BI. Dalam perjalanannya pun BI membuka lowongan kerja.
“saya pun melamar dan langsung tembus, kemudian disuruh pilih mau kemana, saya pun memilih untuk berkantor di BI Palu” 
Andi berpesan bahwa hendaknya jangan selalu putus di tengah jalan, padahal bukan kesulitan yang membuat kita susah, tapi kesusahan yang membuat kita sulit, maka jangan pernah berhenti untuk mencoba dan jangan pernah mencoba untuk berhenti. Bukan masalah status social, status jabatan, atau orang biasa tanpa gelar apa-apa, yang masalah adalah apabila kita tidak bisa memetik hikmah dari profesi yang diajalani, gagal memaknai hidup dengan segala dinamikanya.

Masalah Sampah Jangan Sebatas Diskusi Doank!!

Diskusi dengan tema “ Sosialisasi Kebijakan Pengelolaan Sampah,” yang diselenggarakan Dinas Pertamanan dan Kebersihan Pemerintah Kota Makassar di Hotel Losari Metro, Rabu hingga Kamis, (4-5/7). Diskusi ini diharapakan masyarakat agar tidak hanya menambah berkas catatan yang menumpuk.

Tujuan disikusi ini begitu sangat ideal, dengan cita-cita yang ingin dicapai adalah bagaimana pengeloaan sampah bernilai positif untuk warga baik dari segi kesehatan ataupun ekonomis. Dalam disikusi ini, ide cemerlang pengelolaan sampah muncul dari Ketua Yayasan Peduli Negri, Saharuddin Ridwan kala menyajikan materi hari itu, bahwa di setiap kecamatan agar membentuk sebuah tim yang akan membantu dinas kebersihan dalam menanggulangi masalah sampah.
Melahirkan konsep baru dalam setiap diskusi itu sudah biasa, namun kebuntuanlah yang kerap kali terjadi ketika cara untuk merealisasikannya banyak menuai kendala di lapangan. Pun bagaimana caranya agar diskusi itu tidak hanya berlalu begitu saja dan konsepnya hanya akan menambah koleksi berkas catatan yang kian hari kian menumpuk di kantor-kantor birokrasi pemerintahan,  mengingat masyarakat semakin harinya semakin resah akan berbagai masalah yang terjadi disebabkan sampah yang tak dikelolah dengan baik.
Misalnya saja, sejak tahun 2008 Pemkot Makassar telah bekerjasama dengan Unilever membuat program yang dijuluki dengan program Green dan Clean. Namun sayangnya setiap kali musim penghujan datang setiap itu pula beberapa jalan di Makassar terendam banjir. Banjir ini disebabkan karena drinase yang berfungsi sebagai saluaran air hujan telah dipenuhi tumpukan sampah.
Kondisi ini terlihat di Jalan Perintis Kemerdekaan tepatnya di depan Kampus STIMIK Dipanegara.  Akibat jalan yang selalu digenangi air hujan ketahanan aspalnya pun semakin cepat rusak hingga menyebab beberapa lubang di tengah jalan. Kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan terlalu lama dan terus menerus, lubang ditengah jalan yang kian melebar tiap harinya, ditakutkan akan menyebabkan rawan terjadi kecelakaan lalu lintas.
Selain itu pula kegagalan pemerintah kota Makassar maraih adipura pada tahun ini membuktikan bahwa banyak konsep ataupun format pengeloaan sampah yang selama ini lahir dari forum-forum ilmiah, baik dalam bentuk diskusi workshop ataupun seminar ternyata kurang mampu terimplementasikan dengan baik.
Pemerintah kota Makassar dalam hal ini Dinas Pertamanan dan Kebersihan harusnya lebih gencar melakukan survey di titik mana saja sering terjadi tumpukan sampah, serta melakukan sosialisasi penanganan sampah idealnya. Dengan demikian masalah sampah tidak hanya dibebankan pada petugas kebersihan semata tapi semua pihak telibat dan peduli dengan kebersihan kota.