Jumat, 25 Januari 2013

Jadilah Bos di Usia Muda

Masihkah generasi muda hari ini mengingat pernyataaan bung karno bahwa dengan sepuluh orang pemuda, proklamator yang sekaligus presiden pertama negri ini, berkeyakinan mampu menggenggam dan mengusai dunia. Yah, hanya sepuluh orang pemuda. Sementara pemuda hari ini  tak hanya sepuluh, di negri yang katanya memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah berbanding lurus dengan melimpah ruahnya jumlah pemuda masa kini. Pertanyaannya kemudian sejauh mana kini sumbangsi pemuda bangsa ini untuk dunia, untuk bangsanya sendiri, lingkungan sekitarnya atau untuk keluarga sendiri.
Mengimani pernyataan bung karno itu di era anak muda kekinian bukan tidak mungkin, melainkan susah, melihat pola pendidikan saat ini yang mencetak generasi muda melalui sekolah ataupun perguruan tinggi, sebatas ngomong belaka. Tenaga pendidik, dan kurikulum akademik hanya mengajarkan peserta didik jago berbicara, berdebat dan berapologi. Melupakan bahwa selepas dari lingkungan pendidikannya ia harus berhadapan dengan dunia nyata. Tantangan kehidupan tak bisa tuntas  jika hanya mengandalkan ‘ngomong doank.’
Lihatlah orang tua kita yang terlena duduk di Senayan sana, mereka sangat jago berbicara, berdebat dan berapologi, katanya untuk kesejaterahaan rakyat, nyatanya yang sejahtera hanya rakyat Senayan.  Tak bisa dipungkiri banyak diantara mereka beremental koruptor. Kaum muda yang menggelar aksi demonstrasi di jalan, menuntut aturan yang harus berpihak pada rakyat diklaim sebagai kaum anarkis, perusuh dan katanya merugikan perekonomian negara.
Efek dari pencitraan negatif anak muda Indonesia yang tak lain diperoleh dari para orang tua kita sendiri yang dibesar-besarkan media massa, baru-baru ini beberapa IT terbesar dunia lebih memilih mendirikan perusahaanya di Malaysia dengan memanfaatkan kaum muda di negri jiran itu sebagai komputer penggerak perusahaannya. Salah satu alasannya bahwa kaum muda yang ada di bumi pertiwi ini terlalu banyak bicara dan minim action. Sungguh menyedihkan karna kaum mudalah yang menjadi korban kesalahan para orang tua dalam perumusan sistem pendidikan kita.
Di sisi lain, kebanyakan orang tua kita hari ini masih ogah-ogahan membuka ruang pada anak muda untuk mengeksplor potensi yang dimiliki. Persoalannya kerap yang lebih tua enggan dipimpin oleh anak muda, dengan asumsi anak muda masih belum banyak makan asam garam, belum banyak pengalaman hidup yang pernah dilewati, anak muda berpikirnya sekali saja tanpa menghiraukan akibatnya, belum layak jadi Bos. Padahal tidak ada jaminan yang lebih tua itu lebih berkualitas. Justru kaum mudalah yang sering berinisiatif membuat inovasi  dalam melakukan perubahan sistem yang telah usam.
Untuk itu seorang anak muda yang memiliki kreatifitas dengan semangat tinggi memilih berwiraswasta agar bisa menjadi Bos. Bos sekaligus anak buah untuk usahanya sendiri. Secara kreatif mampu membuktikan seluruh potensi yang melekat dalam dirinya dan bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya.  Sosok muda enterpreneur yang mampu memindahkan sumberdaya ekonomi dari kawasan produktivitas rendah ke kawasan  produktivitas tinggi dengan hasil yang lebih besar.
Sosok anak muda sukses seperti itu tidak hanya sekedar imajinasi dan angan-angan belaka. Namun penulis pernah berbincang-bincang dengan seseorang yang sukses di usia muda bernama Amran Sulaiman. Entrepreneur muda Makassar Sulsel yang kini menjadi Bos besar tujuh perusahaan yang tergabung dalam PT Tiran Group. Perusahaan besar yang dirajut dari modal pinjaman bank.
Amran, sapaan akrabnya, berkeyakinan bahwa kesuksesan adalah hak semua orang yang mau berjuang. Ia punya impian besar untuk sukses. Impian yang lahir ketika menyaksikan ibunda tercinta tengah sakit keras namun tidak ada biaya untuk dibawa rumah sakit, dan Amran tak bisa berbuat apa-apa sehingga ibunya hanya tergelatak dirumah diobati dengan cara tradisioanal.
Modal pinjaman sejumlah Rp 500 ribu dari bank, selanjutnya Amran kelolah secara autodidak dengan keyakinan, ketekunan, kreasi  dan optimis yang tinggi.  Dalam setiap langkah menjalankan usaha Amran berkeyakinan sesungguhnya tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubah nasibnya.
Menurutnya hidup ini sederhana jika kita menginginkannya, begitupun hidup dalam kesulitan. Penyebab kegagalan meraih kesuksesean adalah lemahnya keyakinan sesorang untuk sukses sebab menuju sukses identik dengan kesengsaraan. Selain itu pula mudah menyerah, dan selalu menggantungkan hidup dari belas kasihan adalah sikap hidup yang salah dan fatal.
Amran selaku pimpinan dan juga direktur PT Tiran Group selalu mencotohkan pada anak buahnya bagaimana seseorang menjadi manusia berkarakter unggul.  Karakter unggul yang dimaksud Amran  adalah punya visi yang jelas, bermoral, berani bertanggung jawab dan jujur dalam bekerja ataupun jujur pada sang pencipta. 
Dengan omzet perusahaan mencapai miliaran rupiah, keinginan Amran kini mengarah pada pengabdian pada masyarakat, ia berencana mendirikan yayasan pengerak ekonomi rakyat, dengan mengeskploitasi potensi desa, karena mencermati perilaku budidaya petani yang belum tepat. Perusahaannya akan berkolaborasi dengan pabrik yang bergerak dalam bidang pertanian mengawal para petani dan memberikan bantuan dalam bentuk materil.
Pilihannya sekarang untuk menjadi bos di usia muda maka detik ini juga mulailah bermimpi dan memikirkan cara yang tepat untuk meraih mimpi itu, tidak hanya berpangku tangan menunggu keberuntungan dari para orang tua yang berbesar hati mengangkat kita menjadi seorang bos muda. Berbahagilah anak muda yang makan dan hidup dari keringat mereka sendiri. (Sang Fiko)