Selasa, 12 Mei 2009

Kisah Hidup Penulis


Firman, begitulah nama yang sering di panggilkan pada diriku, “ F I R M A N S A “ Nama Yang tertera di akta kelahiranku yang merupakan nama lengkap saya, lahir di pulau kecil yang berada di kawasan Sulawesi Tenggara (Sultra) pada hari Rabu ,19 Agustus 1989 kira-kira pukul 19.30 Wita. Marobea merupakan nama desa yang berkecamatan Lawa di kabupaten Muna tersebut tempat saya di lahirkan dari pasangan suami istri Lahawa dan Naswati. Saya lahir di tempat yang sama dimana ayah saya besar dan tinggal bersama keluargannya, semantara ibu saya masa kanak-kanaknya dihabiskan di Tanah Tolaki, di tempat ini pula Beliau di lahir dan tinggal sampai bertemu dengan ayah saya yang kebetulan menjadi Pegawai Negri sipil di Dinas Kehutanan Kabupaten Kendari Provinsi Sultra.

Anak bungsu ini dilahirkan di tempat yang berbeda dengan kakak laki-lakinya yang sekaligus saudara tunggal, Fardan, lahir di kabupaten kendari, karena pada waktu itu ayah saya menderita penyakit “lumpu” kemudian mudik untuk mencari obat yang bisa menyebuhkannya dan Alhamdulillah di sana ia dapatkan yang secara kebetulan aku masih berada dalam kandungan dan lahir di pulau jati itu. Setelah ayah sembuh dari penyakitnya, merekapun kembali ke kampung ibu saya dimana ayah saya bertugas dengan kehadiran saya di rumah mereka yang bertempat di Desa Ameroro Kec. Lambuya Kab. Kendari, yang sekarang telah di mekarkan menjadi Kabupaten Konawe. Disinilah saya besar dan tinggal hingga saya menyelesaikan study di SMAN 1 Unaaha Kab. Konawe pada tahun 2007 lalu.

Masa kanak-kanak selama dua tahun dihabiskan di Taman Kanak (TK) Kuncup Pertiwi yang terletak tidak jauh dari kediaman keluarga saya, setelah itu saya melanjutknnya di Sekolah Dasar Negri di tempat yang sama dimana saya tinggal. Berbeda pada saat saya memasuki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) bertempat di kota kecil yang dinamakan Unaaha, disini saya menggunakan sepeda untuk pergi ke sekolahan itu yang letaknya agak lumayan jauh dari rumah saya dan disini pula saya rasakan betapa susahnya seseorang itu menuntut ilmu. sekarang ini hal yang demikian telah berada pada puncaknya , ketika dalam perantuanku menuntut ilmu di negri Daeng Makassar, Sulawesi selatan (Sulsel), Disaat orang tua tidak bersama saya lagi, masalah apapun harus di hadapi dengan sendiri dengan sabar sebab ini merupakan proses pembelajaran bagi saya untuk bagaimana lebih Mengetahui arti kehidupan, karna hal yang pasti terjadi pada siapapun ialah perubahan yaitu perubahan untuk lebih baik.
Di kota yang sering disebut Sentral dari kota- kota yang berada pada bagian Timur Indonesia ini, saya tinggal di Jalan Lanraki Asrama Mahasiswa Konawe, yang letaknya di daya. Ketika berada di kampus selain saya menerima kuliah dari dosen, juga aktif sebagai staf Redaksi di Penerbitan Kampus yang di kenal dengan PK. identitas yang bergerak dalam bidang jurnalistik, di situ pula saya belajar banyak mengenai kerja-kerja jurnalistik dalam sebuah media, tidak hanya itu yang saya dapatkan, tapi didalamnya ada hubungan kekeluargaan yang begitu erat terjalin antara krew, magang, maupun alumni.

Menanti Cinta dalam Mimpi


Penantianku sembari nyala purnama tertutup awan hitam
Tikaman angin dingin menyumbat pori kulitku ketika malam
Peraduan yang enggan terlepas membawa lalang pikiranku dalam bunga tidur yang indah
selaksa dunia maya adalah nyata.........

Kerap kali aku terjaga dalam suasana malam yang gelap
menatapi langit-langit dan dinding dengan hiasan pelita redup
Detik dan detik separuh malam, terukir bagai sejarah dalam mimpiku
Hanyalah cinta dalam mimpi yang mampu membebaskanku.

saat para penghuni bumi beranjak ke lain alam
Keresahan dipenantian selalu hadir tatkala mata terpejam
Dan ketika serangga melukis cakrawala dengan anyamanya
ketika itu jua aku terus menanti Cinta pda mimpi selanjutnya

Hanya Mampu Mendengar



Bait demi bait nada hadir mengisi gendang telinga
Lagi dan lagi terulang ketika terdengar lantunan iramanya
Hinggap Harapan namun runtuh saat kegagalan menghantui
Tak mampu terelakan hingga impian tercapai

Hari demi hari terlewatkan namun tak ada yang terkesan
Bulan dan bulan juga berganti membuat hati semakin meresahkan
Selalu terngiang ucapnya dikala terlintas dalam benak
Namun tak ada sedikit pun kepastian yang terkuak

Dan jika tuturnya terdengar kembali
Serasa hidup penuh dengan dosa yang abadi
Apakah ini akan terus terdengar jika waktunya datang
Ataukah hanya mampu terdengarkan dan kemudian menggaung
Hilang menuju perubahan
Mungkin inilah jalan kesempurnaan