Selasa, 09 Maret 2010

2012


Saat kecil dulu, mendegar kata “Sekolah“ pertama kalinya sangat menggembirakan hati, tersirat segudang cita-cita serta harapan agar mampu menjalaninya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Kala itu, tak pernah terbayangkan batapa berlikunya jalan menuju harapan tersebut, yang terpikirkan hanyalah belajar dan terus belajar, sesuai perkataan orang tua

Status sosial dianggap rendah dimasyarakat jika tidak memiliki sekolah, tanpa menghiraukan bagaimana cara menempuhnya, padahal Setiap orang memiliki kompetensi yang besar untuk bersekolah, hanya saja kebanyakan dari mereka tidak mampu mengakses pendidikan karena faktor kemiskinan, dan lebih memilh untuk berpenghasilan sendiri walau hanya ala kadarnya, sehingga pilihan itulah yang kembali membawanya pada kemiskinan yang berkelanjutan. Fenomena buta huruf di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 13,2 juta jiwa yang diikuti dengan kemiskinan yang mencapai angka 37, 17 juta penduduk

Kemiskinan saat ini diasumsikan sebagai masalah invidual yang disebabkan karena kemalasan dan kebodohan, sehingga dengan mudah melepaskan tanggung jawab setelah memberikan subsidi yang semakin membawa pada kemalasan dan ketidakmandirian. Suatu keberuntunga bagi mereka yang terlahirkan dalam keluarga yang mampu untuk bersekolah, dengan kemudahan mengakses pendidikan

Amanat konsititusi bahwa negara menjamin pendidikan dan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan hanyalah hiasan kata-kata yang terlukis dalam kertas UUD 1945, sebab yang menjadi masalah utama pendidikan kita saat ini adalah mahalnya biaya sekolah. Olehnya itu, saat bersekolah, orang yang kaya menjadi miskin dan yang miskin semakin menderita, sebab butuh modal besar untuk membiayai orang yang bersekolah hingga selesai, beberapa orang tua pun menganggap bahwa menyekolahkan anak adalah Investasi hari tua.

Tahun ini pemerintah merencanakan anggaran pendidikan dalam APBN 2010 mencapai Rp 195,6 triliun, anggaran yang besar dibandingkan belakangan tahun terakhir. Suatu tangisan anak bangsa, ketika setiap tahunnya pemerintah menaikan anggaran untuk pendidikan namun setiap tahun pula angka bangsa yang putus sekolah semakin meninggi dan berefek pada pengangguran serta kemiskininan yang semakin melangit.

Pada tingkatan Perguruan Tinggi dan Universitas jarang sekali kita temukan mahasiswa yang benar-benar dari golongan ekonomi yang sangat rendah, rata-rata berada di golongan menengah dan atas, kalaupun ada umumnya mereka harus bekerja sampingan untuk membiayai hidup dan kuliahnya, itupun harus mengorbankan beberapa matakuliah sehingga harapan untuk mendapatkan beasiswa gugur sudah, sebab terkendala pada IPK yang dijadikan syarat adminisitratif.

Belum lagi sejak 2008 lalu, para pejabat tinggi di negri yang kita cintai ini telah sepakat bahwa pemerintah melepas tanggung jawabnya mensuplay anggaran pendidikan pada Universitas Negri (UN) dan memberikan masa transisi empat tahun bagi UN untuk berbenah diri,

Bagaimana nantinya nasib para mahasiswa miskin di tahun 2012? Mungkin benar akan kiamat seperti di ceritakan dalam Film 2012, tapi ini khusus mahasiswa kurang mampu.

Jika bangsa ini ingin maju, pendidikan adalah pondasi awal untuk membangun suatu bangsa menuju kejayaan yang kokoh, karena hanya dengan tingginya sumber daya manusia bangsa ini bisa bersaing dengan bangsa maju lainnya.